Sabtu, 17 Maret 2012

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Sejak pertengahan 1970-an, telah dikembangkan sistem-sistem secara khusus dibuat untuk menangani masalah informasi yang bereferensi geografi dalam berbagai cara dan bentuk. Masalah-masalah ini mencakup :
1.      Pengorganisasian data dan informasi.
2.      Menempatkan informasi pada lokasi tertentu.
3.      Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan satu sama lainnya (koneksi), beserta analisa-analisa spasial lainnya.
Sebutan umum untuk sistem-sistem yang menagani masalah-masalah atas adalah SIG, sistem informasi geografis. Dalam beberapa literatur, SIG dipandang sebagai hasil perkawinan antara sistem computer dan bidang Kartografi (CAC) atau sistem komputer untuk bidang perancangan (CAC) dengan teknologi basisdata (database).
Pada asalnya, data geografi hanya disajikan di atas peta dengan menggunakan simbol, garis dan warna. Elemen-elemen geometri itu dideskripsikan di dalam legendanya, misalnya, garis hitam tebal untuk jalan utama, garis hitam tipis untuk jalan sekunder dan jalan-jalan yang berikutnya. Selain itu, berbagai data juga dapat di-overlay-kan berdasarkan sistem koordinat yang sama. Akibatnya, sebuah peta menjadi media yang efektif baik sebagai alat presentasi maupun sebagai bank tempat penyimpanan data geografis. Tetapi, media peta masih mengandung kelemahan atau keterbatasan. Informasi-informasi yang tersimpan, diproses dan dipresentasikan dengan suatu cara tertentu, dan biasanya untuk tujuan tertentu pula. Tidak mudah untuk merubah bentuk presentasi ini. Sebuah peta selalu menyediakan gambar atau simbol unsur geografi dengan bentuk yang tetap atau statik meskipun diperlukan untuk berbagai kebutuhan yang berbeda.
Peta juga merupakan aset publik yang sangat berharaga. Survey-survey pemetaan yang telah dilakukan di berbagai Negara telah mengindikasikan bahwa jumlah keuntungan, dari penggunaan peta, akan meningkat hingga beberapa kali lipat biaya produksi peta itu sendiri. Bila dibandingkan dengan peta-peta ini, SIG memiliki keuntungan inheren karena penyimpanan data dan presentasinya dipisahkan. Dengan demikian, data dapat diprentasikan dalam berbagai cara dan bentuk.

Definisi SIG selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu, SIG juga suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. Berikut merupakan sebagian kecil dari definisi SIG yang telah beredar di berbagai pustaka :
  1. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukan (capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi (Rice20).
  2. SIG adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola (manage), menganalisa, memetakan informasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif) dengan akurasi kartografi(Basic20).
  3. SIG adalah sistem yannng berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karaktetristik yang penting atau kritis untik dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi : (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran (Aronoff89).
  4. SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah dipermukaan bumi (Chrisman97).
  5. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk : (a) akusisi dan verivikasi data, (b) kompilasi data, (c) penyimpanan data, (d) perubahan dan updating data, (e) manajemen dan pertukaran data, (f) manipulasi data, (g) pemanggilan dan presentasi data, (h) analisa dat (Bern92).
  6. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalis informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaaan bumi (Demers97).
  7. SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personel yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan mengupdate, memanipulasi, menganalisis data dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi (Esri90).
  8. SIG adalah sistem yang yang dapat medukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik fenomena-fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu : data spasial, perangkat keras, perangkat lunak, dan struktur organisasi (Gistu94).
  9. SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan-kemampuan khusus untuk data yang tereferensi secara geografis berikut sekumpulan operasi-operasi yang mengelola data tersebut (Foote95).
  10. SIG adalah teknologi informasi yang dapat menganalisa,  menyimpan dan menampilakan baik data spasisal maupun non-spasial. SIG mengkombinasikan kekuatan perangkat lunak basisdata relasional dan paket perangkat lunak CAD (Guo20).
  11. SIG adalah suatu fasilitas untuk mempersiapkan, mempresentasikan, dan menginterprestasikan fakta-fakta (kenyataan) yang terdapat di permukaan bumi (definisi umum). Untuk definisi yang lebih sempit, SIG adalah konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yangb secara khusus dirdncang untuk proses-proses akisisi, pengelolaan, dan penggunaan data kartografi (Tomlin90).
  12. SIG adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basisdata dengan kemampuan-kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap data tersebut.
Subsistem SIG
Jika definisi-definisi diperhatikan maka, SIG dapat diuraiakan menjadi beberapa subsistem berikut :
1.      Data Input : subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasisl dan data atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau mentansformasikan format-format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
  1. Data Input  : Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti : tabel, grafik, peta, dan lain-lain.
  2. Data Management : subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam basisdata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di-edit.
  3. Data Manipulation dan Analysis : subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk mengasilkan informasi yang diharapkan.
Keterangan :
  1. Komponen perangkat keras memiliki biaya relatif yang pada awalnya tinggi, tetapi juga harus mengalami kecenderungan untuk menurun dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perkembangan dan penguasaan teknologi yang semakin merata. Persaingan produk-produ sejenis dan cepatnya perkembangan produk-produk dari produsen-produsen lain, sifat komponen yang secara alamiah akan menjadi usang dengan berjalannya waktu, dan kerusakan ( bugs) komponen itu sendiri sebelum usia efektifnya (operasional) berakhir.
  2. Komponen perangkat lunak memiliki biaya relatif yang rendah pada awal-awal masa pengembangannya. Kemudian biaya relatif ini akan meningkat pada periode tertentu, dan menurun kembali setelah mencapai puncaknnya. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti perkembangan dan penguasaan teknologi yang semakin merata, faktor persaingan dan cepatnya perkembangan produk-produk sejenis dari developers atau vendor lain, dan jumlah kerusakan (bugs) yang ditemukan pada komponen itu sendiri selama digunakan.
  3. Komponen data (informasi geografi) pada awalnya memiliki biaya yang relatif rendah. Biaya ini terus meningkat hingga periode tertentu, dan mendekati konstan pada akhirnya. Hal ini disebabkan karena data dapat bersifat uptodate (dapat dihapus, diedit dan diupdate sesuai kebutuhan dan perubahan waktu). Menurut pustaka (Gistut94), lebih dari 70% biaya keseluruhan proyek SIG terletak pada pengadaan data (proses pengumpulan dan masukan data atau data capture) ini, maka basis data (data dan informasi geografi berikut atribut-atibutnya) merupakan aset utama milik SIG.
  4. Komponen manajemen memiliki kecenderungan  yang sangat mirip dengan komponen perangkat lunak. Tetapi biaya relatifnya sedikit di atas komponen perangkat lunak. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor perkrmbangan dan penguasaan teknologi yang semakin  merata, dan persaingan global antar sumberdaya manusia yang makin baik dan nanyak jumlahnya.
Perangkat Keras SIG
Perangkat keras yang mendukung analisis geografi dan pemetaan, sebenarnya, tidak jauh berbeda dengan perangkat keras lainnya yang digunakan untuk mendukung aplikasi-aplikasi bisnis dan sains. Perbedaannya, jika ada, terletak pada kecenderungannya yang memerlukan (tambahan) yang dapat mendukung presentasi grafik dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi, dan mendukung operasi-operasi basisdata yang cepat dengan volume data yang besar. Perangkat keras SIG memiliki pengertian perangkat-perangkat fisik yang digunakan oleb sistem komputer. Perangkat keras ini pada umumnya mencakup :
  1. CPU (unit pemroses utama) : Perangkat ini merupakan bagian dari sistem komputer yang bertindak sebagai tempat untuk pemrosesan semua instruksi-instruksi dan program (processor). Selain itu, CPU juga mengendalikan seluruh operasi yang ada di dalam lingkungan sistem komputer yang bersangkutan. Pada umumnya, CPU dapat direpresentasikan oleh sistu chip microprocessor. Kebutuhan mengenai CPU ini sangat bervariasi dari yang sederhana hingga yang canggih. Sebagai contoh, perangkat lunak SIG yang cukup kecil (lahir pad pertengahan 1980-an) dapat dijalankan minimal pada PC AT 286 (microprocessor keluarga intel 80286). Tetapi untuk SIG yang besar, volume datanya sangat besar, dengan menggunakan fasilitas jaringan komputer (network), dan berbasiskan web, diperlukan workstatoin dengan CPU server yang memiliki processor berkemampuan tinggi (Keluarga intel pentium II, III atau bahkan IV), atau kalau perlu pocessor ganda.
  2. RAM : Perangkat ini digunakan oleh CPU untuk menyimpan (sementara) semua data dan program yang dimasukan melalui input device baik jangka waktu yang panjang maupun pendek. Kebutuhan SIG mengenai RAM juga sangat bervariasi seperti halnya CPU diatas. Untuk perangkat lunak SIG yang kecil diperlukan RAM sebesar 4Mb atau 8Mb saja. Tetapi untuk SIG yang besar, dengan menggunakan fasilitas jaringan lokal (intranet) dan Internet (web), maka kebutuhan SIG akan RAM menjadi tinggi. Dengan memperhatikan osistem operasi pendukungnya (misalkan windows NT 4.0), maka SIG yang bebasiskan Web direkomendasikan menggunakan RAM 128 Mb (minimal 64 Mb).
  3. Storage : Perangkat ini merupakan tempat penyimpanan data secara permanen atau semi permanen (temporary). Dibandingkan dengan RAM. Akses pada storage ini agak lambat. Hardisk, disket, CD-ROM, dan pita magnetis merupakan contoh-contoh perangkat ini. Kebutuha storage ini sangat bervariasi dari SIG satu ke SIG yang lain. Perangkat lunak yang kecil dan sederhana (seperti di atas) hanya memerlukan storage di bawah 5 Mb. Sementara SIG yang besar bisa memerlukan storage dengan kapasitas samapi ratusan Mb.
  4. Input device : Perangkat ini merupakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk memasukan data ke dalam SIG. Yng termasuk ke dalam perangkat ini adalah keyboard, mouse, digitizer, scanner, kamera digital dan sebagainya.
  5. Output device : Perangkat ini merupakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk mempresentasikan data dan informasi SIG. Yang termasuk ke dalam perangkat ini adalah layar monitor, printer, plotter, dan sebagainya.
  6. Peripheral lainnya : Perangkat pelengkap ini merupakan bagian dari sistem komputer SIG yang belum termasuk ke dalam perangkat-perangkat yang telah disebutkan di atas. Untuk SIG yang kecil dan sederhana mungkin tidak diperlukan, tetapi untuk SIG yang besar apalagi untuk menggunakan jaringan dan dapat dipresentasikan di jaringan internet (Web), maka diperlukan kabel-kabel jaringan, modem, ISP, router,card jaringan / ethernet, CPU khusus untuk clients dan server, dan sebagainya.

Pada saat ini SIG dapat digunakan baik di dekstop, PC, Workstation, dan multiuser host. Fungsionalitas SIG tidak terikat erat dengan karakteristik-karakteristik fisiknya. Karena itu, sebagaimana telah disinggung di atas, sebuah PC dengan RAM kecilpun (4 atu 8 Mb) dapat menangani pekerjaan SIG (relatif kecil dan sederhana). Bahasan yang cukup lengkap mengenai perangkat keras pendukung SIG yang lahir pada pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an dapat ditemukan pada pustaka (Antenucci91).
Selain (Antenucci91), perangkat keras SIG juga telah dijelaskan oleh pustaka (Hard20), (hardsoft20), dan (Wgiac20). Sebagai ilustrasi WGIAC (wyoming geographic information advisory council) telah membuat standart untuk perangkat keras SIG seperti berikut (Wgiac20) :
  1. CPU : berbasiskan processor 32-bit Intel.
  2. RAM : minimal 32 Mb.
  3. Storage : hardisk dengan kapasitas 1 Gb untuk workstation yang tersambung dengan jaringan, dan hardisk yang berkapasitas 2 Gb untuk workstation yang berdiri sendiri.
  4. Input device : keyboard 101-key, digitizer dengan dimensi minimum 24x36 (D size) dengan akurasi 0,005 inchi, scanner hitam-putih dengan ukuran minimum 24x36 (D size) dengan resolusi 400 dpi, scanner berwarna dengan ukuran 11x17 (B size) dengan resolusi 400 dpi.
  5. Output device : monitor dengan resolusi 1280x1024 dengan 256 warna dan VRAM 4 Mb, printer dengan teknologi laser atau inkjet dengan ukuran minimum ukuran kertas 11x17 (B size) dan resolusi minimum 300 dpi, plotter dengan teknologi inkjet resolusi minimum 300 dpi untuk ukuran kertas minimum 36x48 (E size).
  6. Peripheral lainnya : receiver GPS yang pada saat draft (WGIAC) ini dibuat belum direkomendasikan standarnya. Walaupun demikian, ada beberapa spesifikasi receiver GPS yang harus diperhatikan : untuk pemetaan (akurasi horisontal 5 m) vs. untuk survey (akurasi horizontal di bawah 1 cm), jumlah channel yang dapat diterima (6, 8 atau 12), antena internal vs. eksternal, kapasitas penyimpanan data (sementara), kemampuan post processingdan konversi file ke format perangkat lunak standard SIG (dibawah).

Sebagai ilustrasi pula, selain contoh standard di atas, berikut disajikan bebrapa persyaratan perangkat keras untuk perangkat-perangkat lunak SIG yang telah beredar di pasaran :
  1. IDRISI versi 4.1 (for DOS) : perangkat SIG ini berjalan di PC dengan processor berbasis intel 8086, 80286, 80386, atau yang lebih baik lagi, dengan DEC-Alpha & MIPS-4000. Perangkat ini memerlukan RAM (memori bebas minimum) sebesar 512 kilo bytes, Card grafik EGA, VGA, super VGA, atau 8514/A, dan printer minimal dot-matrix. Walaupun demikian, perngkat SIG ini disarankan untuk dijalankan pada PC dengan math coprocessor, hardisk 80 mega bytes, card grfik super VGA, sebuah mouse, PC dengan processor 80486, pentium atau yang lebih baik lagi (Eastman93a).
  2. Mapinfo versi 4.0 (for windows) : perangkat ini bekerja dengan PC dengan processor minimum intel 486, RAM 8 mega bytes, monitor denga  card VGA atau yang lebih baik, ruang hardisk standard 19.5 mega bytes untuk program dan 4 mega bytes untuk data (disarankan minimal 100 mega bytes) (Map95).




Peristiwa Meletusnya Gunung Merapi dan Dampaknya di Kabupaten Sleman

A.     Latar Belakang
Bencana  menurut UU No.24 Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Bencana dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1.  Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan longsor.
2.  Bencana Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3.  Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.
Wilayah Indonesia, termasuk daerah rawan terjadinya bencana, terutama bencana alam geologi, yang disebabkan karena posisi Indonesia yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, yang dapat mengakibatkan terjadinya sejumlah bencana seperti salah satu peristiwa gunung meletus yang terjadi di Gunung Merapi.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7° 325' Lintang Selatan dan 110° 26.5' Bujur Timur. Secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyalali dan Kabupaten Klaten. Status kegiatan Gunung Merapi ditingkatkan dari Normal manjadi Waspada pada tanggal 20 September 2010, ditingkatkan menjadi Siaga pada 21 Oktober 2010 dan menjadi Awas, terhitung sejak 25 Oktober 2010 dan meletus pada 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB.
Berikut kronologis letusan Gunung Merapi yang terjadi selasa sore (26 Oktober 2010) hingga menjelang malam.
1. Pukul 17.02 mulai terjadi awan panas selama 9 menit
2. Pukul 17.18 terjadi awan panas selama 4 menit
3. Pukul 17.23 terjadi awan panas selama 5 menit
4. Pukul 17.30 terjadi awan panas selama 2 menit
5. Pukul 17.37 terjadi awan panas selama 2 menit
6. Pukul 17.42 terjadi awan panas besar selama 33 menit
7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos     Pengamatan Merapi di Jrakah dan Selo
8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman
9. Pukul 18.16 terjadi awan panas selama 5 menit
10. Pukul 18.21 terjadi awan panas besar selama 33 menit
11. Dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi
12. Pukul 18.54 aktivitas awan panas mulai mereda
13. Luncuran awan panas mengarah ke sektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-Tenggara
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk :
1.     Mengetahui faktor - faktor apa saja yang mengakibatkan terjadinya letusan Gunung Merapi.
2.     Mengetahui dampak - dampak apa saja yang ditimbulkan akibat dari meletusnya Gunung Merapi.
3.     Mengetahui strategi mitigasi apa saja yang dapat dilakukan untuk meminimalisir saat terjadinya bencana dan bahaya di masa mendatang.

C.     Pembahasan
Kabupaten Sleman secara geografis memang memiliki beberapa wilayah rawan bencana alam, mulai dari letusan Gunung Merapi, banjir lahar dingin, tanah longsor, kekeringan dan angin puting beliung. Daerah yang rawan ancaman Gunung Merapi di antara di wilayah Cangkringan, Pakem dan Turi. Daerah tersebut rawan terhadap bahaya letusan Gunung Merapi, awan panas (wedus gembel) maupun banjir lahar dingin. Sedangkan daerah Prambanan yang memiliki kawasan pegunungan, rawan terhadap kekeringan dan tanah longsor. Selain itu, terdapat daerah yang rawan terhadap terjadinya angin puting beliung. Daerah yang rawan angina putting beliung yaitu pada wilayah yang daerah datar seperti Godean, Seyegan, Mlati, Ngaglik dan Berbah.
Untuk penanganan ancaman bencana dari Gunung Merapi telah ada aturan tersendiri. Hal ini karena Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, oleh karena itu penanganannya harus menyeluruh. Penanganan ancaman bencana Gunung Merapi seperti pemantauan perkembangan aktivitas setiap saat, evakuasi warga jika ada peningkatan aktivitas hingga tahap membahayakan serta persiapan barak dan dapur umum hingga penanganan korban.


Letusan gunung api disebabkan oleh keluarnya magma dari kedalaman bumi terkait dengan penutupan arus - arus konveksi. Proses - proses tektonis dari gerakan yang lambat dari daratan dan pembentukan lempengan. Parameter kedahsyatan diukur dari volume materi yang dikeluarkan, daya letusan dan lamanya letusan, radius jatuhnya, dan dalamnya endapan debu. Kekuatan - kekuatan letusan bisa menghancurkan bangunan - bangunan, hutan – hutan  dan infrastruktur yang dekat dengan gunung berapi dan gas - gas beracun bisa mematikan. Abu panas jatuh sejauh berkilo - kilo meter disekitar gunung, membakar dan mengubur tempat - tempat hunian. Debu bisa terbawa angin dalam jarak yang jauh, dan jatuh sebagai polutan di tempat -tempat hunian yang jauh sekali jaraknya. Lava cair yang dilepas dari kawah vulkanis bisa mengalir berkilo - kilo meter jauhnya sebelum akhirnya memebeku. Panas lava akan membakar sebagian besar barang - barang yang berada pada jalur aliran lava. Letusan gunung berapi bisa mengubah pola -pola cuaca setempat dan menghancurkan ekologi setempat. Gunung berapi juga menyebabkan gerakan kuat ke atas dari daratan selama proses pembentukannya.
a.    Dampak Letusan
Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia. Lava adalah cairan magma bersuhu sangat tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat sekitar Gunung Merapi. Ancaman lahar telah terjadi pada letusan Gunung Merapi pada tahun 1994 dan 2006. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.
Awan panas (wedhus gembel) adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletus. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa bernapas. Bahkan pada letusan tahun 2006, awan panas telah merenggut dua korban jiwa di Kaliadem.
Abu Letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Pada letusan besar seperti pernah terjadi di Gunung Krakatau, abu yang dihasilkan bahkan menutupi sinar matahasi sampai berminggu-minggu.


b.  Tindakan Kesiapsiagaan Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunung Merapi
Langkah konkrit dalam kesiap siagaan terhadap letusan Gunung Merapi antara lain adalah :
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman ancamannya
2.  Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
3.  Membuat sistem peringatan dini
4.  Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api
5.  Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang
6.  Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan
7.  Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
8.  Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi

c.  Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Saat Terjadi Letusan Gunung Merapi
Tindakan yang dilakukan ketika telah terjadi letusan adalah :
1.  Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan
2.  Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas
3.  Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya
4.  Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan memakai lensa kontak
5.  Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
6.  Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan

d.      Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Terjadinya Letusan
Setelah terjadi letusan maka yang harus dilakukan adalah :
1.  Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2.  Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan
3.  Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian



PENUTUP
Kesimpulan
Wilayah Indonesia, termasuk daerah rawan terjadinya bencana, terutama bencana alam geologi, yang disebabkan karena posisi Indonesia yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, yang dapat mengakibatkan terjadinya sejumlah bencana seperti salah satu peristiwa gunung meletus yang terjadi di Gunung Merapi.
Letusan gunung api ( Gunung Merapi ) disebabkan oleh keluarnya magma dari kedalaman bumi terkait dengan penutupan arus - arus konveksi. Proses - proses tektonis dari gerakan yang lambat dari daratan dan pembentukan lempengan.
Dampak dari adanya letusan gunung berapi antara lain :
1.     Gas vulkanik yaitu gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia.
2.     Lava yaitu cairan magma bersuhu sangat tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
3.     Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.
4.     Awan panas (wedhus gembel) adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletus.
5.     Abu Letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya.
Untuk penanganan ancaman bencana dari Gunung Merapi telah ada aturan tersendiri. Hal ini karena Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, oleh karena itu penanganannya harus menyeluruh. Penanganan ancaman bencana Gunung Merapi seperti pemantauan perkembangan aktivitas setiap saat, evakuasi warga jika ada peningkatan aktivitas hingga tahap membahayakan serta persiapan barak dan dapur umum hingga penanganan korban.